Duduk diteras rumah Panggung berdinding papan
tak bercat lusuh dan semakin lapuk,derit lantai papan rumah menghiasi
langkah kakinya tiap kali hendak kedapur mengambil Gajut nya,tatapan
matanya yang semakin rabun terlihat hampa dan kosong,rambutnya semakin
memutih dihiasi uban,sesekali terlihat dibalik bulang bulang yang ia
kenakan kala angin menghembus.
tatapan matanya selalu tertuju kearah jalan
tatapan matanya selalu tertuju kearah jalan
didepan rumahnya itu,seakan mengawasi siapa saja yang berlalu dari depan rumah tempat duduk mangintordang(berselonjor)kala sore menyambangi kampung itu.
"Pruuutt,,,"semburan air sirih menyembur dari mulutnya yang memerah kedalam kaleng bekas yang sengaja dia sediakan,dan kembali mengunyah.
entah apa sebenarnya yang dia perhatikan sepanjang hari manakala sore menjelang malam tiba,terlebih caranya memandang dan memperhatikan setiap orang yang melintas,yang terkadang membuat anak anak kecil berlari dan ketakutan saat melihat sosok nya duduk berselonjor diteras rumah itu.
Cerita yang berkembang dikampung itu,bahwa Nai Mariati sudah sepuluh tahun tinggal menyendiri,sejak ditinggal Nai Mariati,hidup sendiri,dan sejak irtpula dia tak pernah berbicara kepada siapa pun dikampung itu,sesekali bila hatinya sedang dilanda rindu,dia akan ke Dolok Sigumba,tempat makan Amani Mariati dikuburkan.Disana dia akan bersenandung dengan liriknya penuh kesedihan dan menyayat hati.
Kesedihan Nai Mariati boru tak pernah sirna,bukan saja sejak ditinggal suami tercinta,akan tetapi sejak kepergian anak sekaligus boru mereka satu satunya yaitu Mariati,keberadaan Mariati hingga selama tigabelas tahun lamanya tidak pernah diketahui hingga saat ini.bahkan saat Ayah nya meninggal sepuluh tahun yang lalu,Mariati tak datang dihari pemakaman nya.
"ooo,,,,da Inang,,tampuk ni ate ateku,,,
tudia nama au da Inong pangintubu mon,,
mali alai ma hape,,
,,matua so marujung,,
,,matua ma damang parsinuang mu,,
"hape,,laos ma au inong mon sai tapaima ima,,
ooo,,,boru buha baju ku,
,tu lombang dia do jomba on ku ho,,,
............!!!!
Senandung Nai Mariati disamping Batu nisan Suami tercintanya,disore yang semakin kelam itu...
Horas......!!!
"Pruuutt,,,"semburan air sirih menyembur dari mulutnya yang memerah kedalam kaleng bekas yang sengaja dia sediakan,dan kembali mengunyah.
entah apa sebenarnya yang dia perhatikan sepanjang hari manakala sore menjelang malam tiba,terlebih caranya memandang dan memperhatikan setiap orang yang melintas,yang terkadang membuat anak anak kecil berlari dan ketakutan saat melihat sosok nya duduk berselonjor diteras rumah itu.
Cerita yang berkembang dikampung itu,bahwa Nai Mariati sudah sepuluh tahun tinggal menyendiri,sejak ditinggal Nai Mariati,hidup sendiri,dan sejak irtpula dia tak pernah berbicara kepada siapa pun dikampung itu,sesekali bila hatinya sedang dilanda rindu,dia akan ke Dolok Sigumba,tempat makan Amani Mariati dikuburkan.Disana dia akan bersenandung dengan liriknya penuh kesedihan dan menyayat hati.
Kesedihan Nai Mariati boru tak pernah sirna,bukan saja sejak ditinggal suami tercinta,akan tetapi sejak kepergian anak sekaligus boru mereka satu satunya yaitu Mariati,keberadaan Mariati hingga selama tigabelas tahun lamanya tidak pernah diketahui hingga saat ini.bahkan saat Ayah nya meninggal sepuluh tahun yang lalu,Mariati tak datang dihari pemakaman nya.
"ooo,,,,da Inang,,tampuk ni ate ateku,,,
tudia nama au da Inong pangintubu mon,,
mali alai ma hape,,
,,matua so marujung,,
,,matua ma damang parsinuang mu,,
"hape,,laos ma au inong mon sai tapaima ima,,
ooo,,,boru buha baju ku,
,tu lombang dia do jomba on ku ho,,,
............!!!!
Senandung Nai Mariati disamping Batu nisan Suami tercintanya,disore yang semakin kelam itu...
Horas......!!!
Kisah Nai Mariati sangat menyentuh, terutama membaca senandungnya.......
BalasHapusSALAM